Agustus Gea: 10 Alasan Tidak Mendukung Gibran Jadi Cawapres
Kah | Politik Selasa, 09 Januari 2024 - 14:53:11 WIB
Agustus Gea
TERKAIT:
Pemilihan presiden (Pilpres) 2024 menjadi momen penting dalam perpolitikan Indonesia. Karena, proses Pilpres memberikan setiap warga negara kesempatan untuk memilih pemimpin yang dipercayai untuk mewakili kepentingan dan aspirasi mereka. Namun, setiap individu memiliki alasan yang berbeda-beda mengapa mereka mungkin tidak mendukung capres tertentu.
Kali ini, politisi Agustus Gea mengungkapkan alasannya tidak mendukung Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres. Sekurang-kurangnya, kata dia, ada 10 alasan mengapa dirinya tidak memilih Gibran di Pilpres 2024.
Kesepuluh alasan tersebut, antara lain:
Pencalonannya sebagai cawapres yang sangat kontroversi, merusak tatanan demokrasi di Indonesia dengan memanfaatkan pamannya yang notabene Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).
Belum berpengalaman, baik di legislatif, yudikatif dan eksekutif selevel gubernur ke atas, dan baru 2 tahun menjadi Walikota Solo. Sangat minim pengalaman birokrasi.
Dia dipilih oleh capres Prabowo hanya karena dia anak Presiden Jokowi Widodo (Jokowi), bukan karena pribadinya yang hebat, dengan harapan para pendukung Presiden Jokowi (sang Bapak) akan berpindah secara massal mendukung Prabowo-Gibran.
Sebagai bentuk protes kepada Presiden Jokowi bahwa tidak suka dengan sikap atau kepribadiannya yang berubah 180 derajat di tahun-tahun akhir pemerintahannya, sehingga terkesan meninggalkan legacy (warisan sejarah) yang tidak patut dicontoh oleh generasi muda.
Sikap Gibran yang mencla-mencle, kadang ngomong A tidak lama kemudian ngomong B atau ada pengamat mengistilahkan pagi ngomong tahu sorenya ngomong tempe, yang mengindikasikan tidak pantas untuk menjadi seorang pemimpin (cawapres) karena masih terlalu muda (belum mateng) menjadi pemimpin.
Kekhawatiran saya dan mungkin juga masyarakat Indonesia, Indonesia akan mendapatkan julukan baru sebagai negara paman Usman (dalam hal negative) menyaingi julukan Amerika sebagai paman Sam (dalam arti positif) yang terkenal itu.
Jika pasangan ini memenangkan Pemilu pada tanggal 14 Februari 2024 mendatang, saya khawatir Indonesia akan menjadi negara rawan gaduh/keributan karena demo di mana-mana dengan dimotori oleh para mahasiswa yang mencintai demokrasi, sampai pasangan Prabowo-Gibran lengser.
Saya tidak memilih Gibran karena telah menimbulkan dikotomi di tengah masyarakat di antara generasi pemilih, antara pemilih yang muda dengan pemilih yang tua. Padahal, cawapres yang diributkan tujuannya yang utama hanya untuk mendulang suara dukungan saja dari pemilih muda karena data menunjukkan sekitar 51,9% atau hampir 52%.
Sebagaimana pengamatan ahli IT, Roy Suryo yang mengatakan kemungkinan besar ijazah Gibran diduga palsu, padahal Roy Suryo adalah kader Partai Demokrat. Ini dapat mencerminkan bahwa Partai Demokrat sendiri agak ragu (tidak sepenuh hati) mendukung pasangan ini. Sehingga menimbulkan perpecahan di mana-mana, terutama di antara partai yang pro dan kontra.
Gibran mengharapkan Prabowo yang sudah terlalu tua, berhalangan tetap di tengah jalan, sehingga otomatis ia yang menggantikannya menjadi Presiden. Ini cerminan kurang profesionalnya atau sikap kekanak-kanakan seorang Gibran. Doanya bukan agar sehat dan panjang umur, akan tetapi mendoakan agar cepat kembali kepada sang Pencipta. Sehingga kalau ini yang terjadi, maka Indonesia akan dipimpin oleh seorang Gibran yang minim pengalaman di dalam segala hal. Ini merupakan catatan buruk bagi bangsa Indonesia.
Sumber : https://www.nawacitapost.com/nasional/27102363/agustus-gea-10-alasan-tidak-mendukung-gibran-jadi-cawapres