Jum'at, 26 April 2024  
 
India Terkendala Minyak Goreng setelah Indonesia menghentikan ekspor serta Perang Ukraina

RL | Internasional
Selasa, 03 Mei 2022 - 11:03:12 WIB

Ilustrasi
TERKAIT:
   
 
TIRASKITA.COM - Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, menghentikan keran ekspor untuk menstabilkan harga di dalam negeri yang meningkat akibat perang di Ukraina dan pandemi Covid.

Minyak goreng adalah bagian integral dalam konsumsi makanan di India. Negara ini adalah konsumen kedua terbesar dunia dan importir terbesar minyak goreng. Sekitar 56% kebutuhan minyak goreng diimpor dari lebih tujuh negara.

Warga India sebagian besar menggunakan minyak goreng dari sawit, kedelai dan bunga matahari. Untuk minyak sawit sendiri, India mengimpor 90% kebutuhan dari Indonesia dan Malaysia. Sekitar setengahnya berasal dari Indonesia saja.

Sementara setengah dari kebutuhan minyak goreng dari bunga matahari berasal dari Rusia dan Ukraina, yang terdiri dari 80% ekspor global.

Perang di Ukraina akan mengurangi 25% pasokan minyak goreng dari bunga matahari dalam tahun fiskal ke depan, menurut satu laporan. Cadangan minyak sawit di Malaysia, produsen terbesar kedua dunia, juga ketat.

Tahun ini, India akan menghabiskan sekitar US$20 miliar untuk impor minyak goreng, dua kali lipat dibandingkan dua tahun lalu.

"Tak ada negara yang sangat tergantung pada pada impor. Kami sangat berdarah sekarang. Ini krisis besar. Kami perlu belajar dari krisis ini untuk mengurangi ketergantungan pada impor," kata BV Mehta, direktur Solvent Extractors Association, asosiasi perdagangan minyak goreng.

ndia mengurangi tarif minyak goreng untuk meredam harga. Namun melonjaknya harga sejak 2020 dan terganggunya pasokan karena perang di Ukraina, memperparah kondisi.

Kenaikan harga minyak sawit global mencapai 300% dalam dua tahun terakhir, jenis minyak yang lebih disukai rumah tangga, hotel, restoran dan industri roti di India.

Tidak mengejutkan, harga minyak goreng naik lebih dari 20%, kurang dari satu bulan. Sejumlah laporan menyebutkan, warga menumpuk pasokan.

Sebagian besar makanan jalanan India adalah gorengan. Selain nasi, gandum dan garam, minyak goreng adalah seperti layaknya makanan pokok bagi kelompok paling miskin di India.

"Naiknya harga minyak goreng jelas sangat mengganggu," kata Sudhanshu Pandey, pejabat tinggi India yang menangani pasokan pangan.

Kenaikan harga minyak goreng juga memicu inflasi makanan yang mencapai 7,68%, kenaikan tertinggi dalam 16 bulan.

Di Yang, ekonom di Badan Pangan dan Pertanian PBB, UNFAO, mengatakan bila harga terus naik dengan tingkatan seperti sekarang, India mungkin perlu mematok pembagian karena "hampir tak ada alternatif lain untuk mengatasi kekurangan impor dalam jangka pendek."

Salah satu cara mengatasi kekurangan adalah dengan adanya panen kedelai tahun ini.

"Produksi domestik yang meningkat berarti India masih belum merasakan dampak inflasi global secara penuh karena harga dalam negeri minyak goreng hampir setengah kenaikan harga global," kata Pandey.

"Namun pada akhirnya kami harus dapat mencukupi kebutuhan sendiri dan ini bisa terjadi bila para petani beralih ke tanaman biji-bijian yang menghasilkan minyak bila mereka mendapat tawaran harga yang lebih menjanjikan.

Salah satu rencana adalah mengembangkan perkebunan sawit. Di satu sisi, rencana ini tampak bagus, panen yang cukup efisien dengan hasil minyak lebih banyak dibandingkan kedelai. Minyak sawit juga lebih banyak kegunaannya dan dapat diterapkan untuk konsumsi publik dan industri.

Namun tanaman sawit juga memerlukan banyak air dan perkebunan baru akan memerlukan penebangan lahan hutan yang sangat luas. Pemerintah India telah mengajukan usulan sepertiga perkebunan sawit baru di kawasan berbukit di timur laut India.

Tetapi usulan ini memicu protes para pegiat lingkungan yang mengangkat contoh Indonesia dan Malaysia yang keberhasilannya mengorbankan hutan tropis.

Minyak kelapa dan minyak wijen

Pandey mengatakan rencana pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak sawit India sebanyak tiga kali lipat, saat ini baru mencapai 2,7%. Saat ini, kata Pandey, India mencoba ke minyak goreng "alternatif yang lebih murah."

Biasanya, orang India masak dengan minyak beraroma seperti minyak kelapa dan minyak wijen, tergantung dari asal negara bagian mereka. Penggunaan minyak sawit dan bunga matahari kemungkinan meningkat karena pesatnya urbanisasi. Minyak seperti ini juga murah dan disebut sebagai alternatif yang lebih sehat.

"Krisis minyak goreng kami antara lain karena lobi mengimpor minyak goreng," kata Pritha Sen, pakar sejarah makanan.

Banyak pihak percaya, semakin banyak orang yang pindah ke perkotaan, semakin banyak yang menggunakan minyak yang tak beraroma seperti minyak sawit dan bunga matahari sehingga masakan yang disajikan lebih dapat dinikmati oleh mereka yang berasal dari negara-negara bagian berbeda.

"Minyak goreng (tak beraroma) sudah menjadi kebiasaan rumah tangga di India," kata Marryam H Reshii, penulis makanan. "Sebagian besar ini karena pilihan minyak goreng."

Kenaikan harga minyak goreng tak beraroma ini juga sangat berdampak pada kelompok miskin.

"Minyak goreng dalam masakan India adalah seperti halnya minyak zaitun bagi masakan Laut Tengah. Harga yang melonjak akan mempengaruhi kebiasaan makan," kata Rakesh Raghunathan, seorang juru masak.

Namun, siapa tahu, krisis ini juga dapat membuat orang menggunakan minyak goreng secara lebih bijak, kata Saadia Dhailey, seorang penulis makanan. Namun demikian, banyak orang India yang masih sangat suka dengan gorengan.

Sumber: BBC Indonesia


comments powered by Disqus


Berita Lainnya :
 
  • PWI Pusat Rusak Akibat Korupsi Dana Hibah Rp.2,9 M, Jusuf Rizal Desak KLB
  • Pj Gubri Ikuti Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII Tahun 2024 di Surabaya
  • Pentingnya Pembinaan Atlet Sejak Usia Dini
  • Indikasi Korupsi Dana Hibah BUMN oleh Pengurus PWI, Ini Kronologi Lengkapnya
  • Peringati Hari Bumi, Kota Cimahi Kirim Perdana RDF Di TPS Santiong
  • Laporan Wartawan Atas Dugaan Pengancaman Kepada Wartawan Naik Sidik
  • Saya Siap Maju Pilkada SBD, Ini Wakilnya Saverinus Kaka
  • Rapat Paripurna DPRD JABAR Untuk Ranperda Prakarsa
  • Jadi Ajang Dalam Berdakwah, CISSA-HK, Sukses Gelar Kegiatan Semarak Ramadan
  •  
     
     
    Sabtu, 27 Februari 2021 - 09:58:23 WIB
    Panglima TNI Dan Kapolri Bakar Semangat Satgas Nemangkawi
    Jumat, 28 Januari 2022 - 14:03:39 WIB
    Menjadi Imigrasi yang Semakin Matang di Usia 72 Tahun
    Rabu, 24 Februari 2021 - 20:58:53 WIB
    Plt. Walikota Membuka FGD Pencanangan Desa Sadar Kerukunan
    Selasa, 05 Oktober 2021 - 08:55:55 WIB
    Komisi II Soroti Penurunan Hasil Budidaya Perikanan
    Kamis, 21 Desember 2023 - 11:43:19 WIB
    Bantaran Kali Citalun Dihijaukan oleh Kodim 0620/Kab Cirebon
    Minggu, 07 Februari 2021 - 18:53:14 WIB
    Pedagang Pasar Prioritas Vaksinasi Covid-19
    Selasa, 06 Juni 2023 - 13:56:04 WIB
    Satgas TMMD ke 116 Kodim 0319/Mentawai Bantu Dorong Mobil Terpater
    Rabu, 06 Oktober 2021 - 07:18:55 WIB
    Bupati Dan Wakil Bupati Rohil Hadiri HUT TNI Di Kodim 0321/Rohil
    Kamis, 06 Januari 2022 - 18:01:11 WIB
    Bupati Bakhtiar Ahmad Sibarani Serahkan Bantuan Usaha Untuk Pelaku UKM Di Tapteng
    Minggu, 05 April 2020 - 14:06:17 WIB
    LAWAN COVID-19
    Perangi Covid-19, Kak Seto Ajak Orang Tua Jadi Guru Bagi Anak
    Sabtu, 10 Oktober 2020 - 01:33:42 WIB
    BNN Kunjungi Sekretariat PWI Cimahi Ajak Kerjasama Perangi Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja
    Sabtu, 27 Februari 2021 - 23:18:51 WIB
    Bupati Kampar Hadiri Pisah Sambut Kajari Kampar
    Senin, 29 Agustus 2022 - 14:57:14 WIB
    Jenderal Andika Perkasa Minta 6 Prajurit TNI AD Diinvestigasi soal Pembunuhan Disertai Mutilasi
    Jumat, 16 April 2021 - 08:43:35 WIB
    Pemerintah Baru Bertindak Tagih Utang BLBI,
    Mahfud MD: Karena Sekarang Kami yang Memerintah
    Kamis, 25 Februari 2021 - 14:37:08 WIB
    Abdul Wahid,S.Pdi Dukung Nasaruddin Pimpin KNPI Riau
     
    Riau | Nasional | Ekonomi | Hukrim | Politik | Olahraga | Kesehatan | Budaya | Pendidikan | Internasional | Lifestyle
    Advertorial | Indeks Berita
    About Us | Redaksi | Pedoman Media Siber | Info Iklan | Disclaimer
    Copyright © 2020 PT. Tiras Kita Pers, All Rights Reserved