MENEROPONG POSISI GANJAR PRANOWO DALAM PUSARAN PILPRES 2024
Zai | Serba-Serbi Selasa, 14 Juni 2022 - 08:13:49 WIB
ganjarP
TERKAIT:
Tidak bisa di pungkiri bahwa sosok Ganjar hari ini cukup santer di gadang menuju pilres 2024. Dukungan pun datang dari akar rumput melalui gerakan relawan pendukung yang terus menyebar di berbagai daerah. Sekalipun gerakan relawan ini terlihat masif, akan menjadi PR besar ke depan untuk Ganjar meraih tiket dukungan parpol menuju bursa pilpres 2024.
Ganjar di kenal sebagai kader tulen PDIP, sedangkan dalam internal PDIP suara mayoritas lebih banyak bersuara mengusung Puan Maharani ke bursa pilpres 2024. Saya teringat awal mula Jokowi di calonkan sebagai capres oleh PDIP pada periode pertama, Megawati dengan legowo merelakan sosok Jokowi menggenggam tiket PDIP menuju kursi Presiden. Sebuah sikap legowo dari seorang Megawati, mengingat Jokowi bukan berasal dari Trah Sukarno. Bahkan, Jokowi juga bukan produk kaderisasi dari PDIP secara tulen.
Elektabilitas Jokowi yang melejit kala itu benar-benar seperti dongkrak elektoral. Narasi, gagasan dan kinerja yang di usung Jokowi pun erat dan senafas dengan gagasan-gagasan Sukarnois. Maka, Jokowi akhirnya melebur sebagai figur sentral sebagai capres dari parpol dengan logo banteng bermoncong putih.
Para pendukung Ganjar mungkin bisa saja berharap terjadinya fenomena serupa. Tapi, harus kita ingat dan pahami bahwa kondisi politik PDIP dan nasional berbeda jauh dengan Jokowi pada awal di calonkan jadi capres.
Waktu Jokowi di calonkan capres pada periode pertama, kekuatan politik Megawati dan PDIP belum sekuat sekarang. Hari ini, PDIP adalah parpol nasional pemenang pemilu selama 2 periode. Artinya, hampir 10 tahun, mesin dan jaringan politik PDIP dari pusat hingga ke akar rumput sudah terbangun.
Bukan tidak mungkin, pondasi politik ini akan menjadi modal politik bagi seorang Puan Maharani di usung sebagai Capres PDIP. Kekuatan elektoral PDIP di setiap daerah dI tambah dukungan koalisi parpol lainnya akan menjadi modal besar bagi Puan Maharani di calonkan sebagai Capres oleh PDIP dan koalisinya.
Dengan mudahnya rekomendasi PDIP meloloskan Gibran sebagai Walikota Surakarta dengan dukungan PDIP. Dan juga, Boby Nasution (anak mantu Jokowi) dengan mudahnya meraih rekomendasi dukungan PDIP merebut kursi Walikota Medan. Kontribusi politik PDIP ini akan memberi tantangan tersendiri bagi Jokowi. Bisa saja, konsekuensi balas jasa politik akan membuat Jokowi siap mendukung siapa pun Capres yang di usung PDIP.
Bagamaina posisi Ganjar dalam konstalasi politik ini?
Ganjar adalah kader tulen PDIP yang tentunya saya yakin memiliki mentalitas politik "Ojo Kesusu". Sampai hari ini, Ganjar tidak pernah menyatakan sikap secara frontal untuk menjadi kandidat capres 2024. Karena seorang Ganjar pastinya memiliki kualitas sejati dalam loyalitasnya sebagai kader PDIP.
Sekalipun, jika mau jujur, faksi-faksi pro dan kontra terhadap Ganjar dalam internal PDIP mulai terasa sekalipun masih samar. Ganjar tidak boleh terjebak dengan eforia politik impulsif atau eksploitasi media, agar tidak terjebak dalam spekulasi politik yang bakalan jadi bumerang fatal bagi diri sendiri.
Menuju 2024, masih ada interval waktu sekitar 2 tahun. Interval waktu ini bukan waktu yang panjang dalam melakukan penetrasi dan konsolidasi politik. Apalagi figur-figur lainnya seperti Prabowo, Anis Baswedan, Sandiaga Uno, Erlangga Hartarto, Cak Imin, Andika Perkasa, dan figur lainnya akan memicu volatilitas politik yang sangat dinamis.
Estimasi politik harus secermat mungkin di lakukan agar bisa mengantisipasi dinamika faksi-faksi politik nasional. Pilpres 2024 bagaikan "kotak pandora" yang akan menggelitik rasa penasaran kita. Sebisa mungkin, spekulasi politik yang di provokasi oleh eforia politik impulsif jangan di lakukan. Tapi, ketika muncul figur sentral yang bisa menjadi lokomotif yang kuat menarik dukungan gerbong parpol dan akar rumput heterogen, maka kita akan di pertontonkan sekali lagi akan hadirnya sebuah "anomali politik" di luar dugaan dari proyeksi pengamat politik yang kaliber sekalipun.
Tulisan ini hanyalah pemantik agar kita di ajak meneropong dinamika pilpres 2024 dengan argumen-argumen logis. Dan tidak terjebak dengan sentimen-sentimen provokatif yang hanya akan menjadi benih-benih balkanisasi yang brutal terhadap solidaritas Indonesia. Intinya, sikap dan dukungan politik bisa berbeda tapi kita tetap di ikat erat oleh satu temali persaudaraan merah putih, yang di rajut dalam benang "Bhineka Tunggal Ika!"